Kolom Pimpinan

Puasa Ramadan: Menghilangkan Sifat Hewani dalam Diri Manusia

Oleh: H. Saharuddin, S.Ag.,S.Pd.I.,M.Pd.

Sifat dasar hewan yang ada pada diri manusia adalah makan, minum dan memenuhi nafsu syahwat. Jika seseorang tujuan hidupnya hanya hal di atas maka secara ruhani jiwanya telah menjadi hewan, walaupun wujud lahiriyanya adalah manusia.

Wujud bathiniah manusia berasal dari tingkah laku (akhlak), jika jiwa manusia tidak dididik dan dibersihkan maka sifat-sifat binatang dalam dirinya menjadi dominan dan tidak terkendali.

Jiwa binatang pada manusia sangat banyak sekali, tergantung manusianya, mau dikembangkan dan subur sifat-sifat binatang tersebut, atau dikikis habis dan dibersihkan dari jiwa kita.

Adapun sifat-sifat tersebut antara lain:

  1. Nafsu Kalbiyah: Sifat anjing, yaitu jiwa sifatnya yang suka memonopoli sendiri, suka menilai dan menghina orang lain.
  2. Nafsu Himariyah: Jiwa keledai, yaitu jiwa yang sanggup memikul beban apapun namun tidak mengerti secuil pun apa yang dipikulnya. Itulah simbol kebodohan dalam diri manusia.
  3. Nafsu Sabu’iyah: Jiwa serigala yaitu jiwa yang sifatnya suka menyakiti atau menganiaya orang lain dengan cara apa pun.
  4. Nafsu fa’riyah: Jiwa tikus, yaitu jiwa yang sifatnya merusak, menilep, menggerogoti dan korupsi.
  5. Nafsu Dzatis-suhumi wa hamati wal-hayati wal-aqrabi. Jiwa binatang penyengat berbisa sebagai ular dan kalajengking. Yaitu jiwa yang sufatnya suka menyindir-nyindir orang, menyakiti hati orang lain, dengki, dendam, dan semacamnya.
  6. Nafsu Khinziriyah: Jiwa babi, yaitu jiwa yang sifatnya cenderung berbuat dosa dan maksiat, memakan dan meminum yang haram dan najis. Itulah perbuatan yang secara bathin sangat menjijikkan dan najis.
  7. Nafsu Thusiyah: Jiwa burung merak, yaitu jiwa yang sifatnya suka menyombongkan diri, suka pamer, berlagak-lagu, busung dada, dan sebagainya.
  8. Nafsu Jamaliyah: Jiwa unta yaitu jiwa yang mempunyai sifat tidak mempunyai sopan santun, kasih sayang, tenggang rasa sosial, tidak peduli dengan kesusahan orang lain, yang penting dirinya selamat dan untung.
  9. Nafsu Dubbiyah: Jiwa beruang, yaitu jiwa yang sifatnya biarpun kuat dan gagah, tapi akalnya dungu.
  10. Nafsu Qirdiyah: Jiwa monyet yaitu jiwa yang sifatnya suka mengejek, mencibir, sinis, dan suka melecehkan/memandang enteng orang lain.

Baca Juga: Puasa Mengelupas Lapisan Kesadaran Manusia!

Jika sampai mati kita tidak bertaubat dan membersihkan jiwa, maka setelah meninggal dunia, wujud kita menjadi hewan sebagaimana sifat hewan yang paling menonjol di dalam jiwa kita.

Ternyata dalam jiwa kita adalah kebun bintang yang besar isinya penuh dengan aneka hewan. Jika kita membiarkan sifat-sifat hewani dalam diri kita, maka derajat kita secara batin adalah hewan.

Dalam agama Islam hal di atas disebut dengan maskhun yaitu perubahan wujud manusia kewujud yang lebih jelek. Sedangkan menurut agama Hindu dan Buddha disebut dengan reinkarnasi.

Dari Abu Malik al-Asy’arه Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيَشْرَبَنَّ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِـي الْخَمْرَ يُسَمُّونَهَا بِغَيْـرِ اسْمِهَا، يُعْزَفُ عَلَى رُءُوسِهِمْ بِالْمَعَازِفِ، يَخْسِفُ اللهُ بِهِمُ اْلأَرْضَ وَيَجْعَلُ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ.

‘Sungguh sekelompok manusia dari umatku akan meminum khamr, mereka menamakannya dengan selain namanya, alat musik dimainkan di atas kepala-kepala mereka, Allah menenggelamkan mereka ke dalam bumi dan di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi.’”[ HR. Ibnu Majjah ]

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللّهِ مَن لَّعَنَهُ اللّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُوْلَـئِكَ شَرٌّ مَّكَاناً وَأَضَلُّ عَن سَوَاء السَّبِيلِ

“Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut ?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” [ QS. Al-Maidah 60 ]

Dengan puasa Ramadhan kita melatih diri dalam siang hari untuk menahan makan, minum dan hubungan biologis antara suami istri. Untuk melatih dan mengendalikan jiwa agar manusia hidupnya tidak seperti hewan.

Apalagi jika melaksanakan puasanya baik dari segi lahir dan batin, disertai banyak berdzikir kepada Allah, banyak membaca al-Qur’an, dianjurkan banyak bersedekah. Menjauhi dosa dan maksiat dalam satu bulan penuh maka akan menghasilkan pencerahan jiwa inilah yang disebut lailatul qadar.

Jika puasanya seperti di atas, maka semua sifat-sifat hewani dalam diri kita akan luntur, sehingga wujud kita baik dari Lahir dan batin adalah manusia sepenuhnya. Dalam satu bulan penuh dididik dalam madrasah ruhani bulan ramadhan maka diharapkan nilai-nilai ramadhan tetap tertanam dalam jiwa kita.

Sayang sekali kebanyakan manusia berpuasa tidak sungguh-sungguh lahir dan bathin, jadi siang hari kita menjadi manusia malam hari menjadi hewan yang liar lagi. Pada bulan ramadan menjadi manusia setelah Idul Fitri menjadi hewan yang sangat buas sekali.

Semoga kita benar-benar menjadi manusia seutuhnya.

Wallahu a’lam bishshawab

Watampone, 27-Maret-2024 M / 16 Ramadhan 1445 H

Hamba Allah yang Faqir
Saharuddin

Baca Juga: Shalat Sufistik: Shalat adalah Mikraj Orang Mukmin!

Admin

Web Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page

Buka Whatsapp
Informasi Pendaftaran
Admin
Salam. Ada yg bisa kami bantu Sahabat Ikhlas?