Lailatul Qodar: Malam Pencerahan Ruhani
Oleh: H. Saharuddin, S.Ag.S.Pd.I.,M.Pd.
Seorang Santri meminta kepada Gurunya agar menjelaskan tentang Lailatul Qadar. “Guru, mohon kiranya berkenan agar menjelaskan kepada kami apakah Lailatul Qadar itu…?” Pinta Santri kepada Gurunya.
Sang Guru menjawab, “Puasa Ramadhan bagi para Pejalan Ruhani adalah sebagai bulan untuk menempa jiwa dengan cara membersihkan jiwa melalui puasa dan menghindari perbuatan dosa dan maksiat. Mengalahkan dan menghilangkan sifat-sifat hewani dalam diri dengan memperbanyak beribadah shalat dan dzikir, membaca al-Quran maka akan mendapatkan pencerahan Ruhani.
Baca Juga: Lailatul Qodar: Antara Harapan dan Kenyataan!
Pencerahan Ruhani itulah yang disebut dengan Lailatul Qadar, bukan terjadi hanya pada bulan Ramadhan saja melainkan bisa terjadi pada bulan di luar Ramadhan juga terdapat Lailatul Qadar atau pencerahan Ruhani.
Tahapan orang yang mendapatkan Lailatul Qadar itu tidak sama, sesuai dengan kondisi dan tahap perjalanan Ruhani seseorang:
- Tahapan Syariat.
Lailatul Qadarnya: bisa merubah dirinya dari sifat tercela menjadi sifat yang mulia. Membuang sifat hewani dalam diri dan diganti dengan sifat malaikat ( mulia ). - Tahapan Tarekat
Lailatul Qadarnya: Bisa mengalahkan Hawa Nafsunya dan ketemu dengan Sejatidirinya sendiri. - Tahapan Hakekat
Lailatul Qadarnya: Mi’raj Ruhani ke Masjidil Aqsha dan Sidratul Muntaha di Langit Ruhani. - Tahapan Makrifat
Lailatul Qadarnya: Hati dan jiwanya bisa selalu Fana’ Fillah secara total itulah yang disebut Baqa’ Billah.”
Santri tersebut bertanya kembali, “Lalu mengapa malam Idul Fitri dikumandangkan Takbir…?”
Sang Guru menjawab, “Takbir itu ungkapan hati karena dengan kebesaran Allah dan kekuatannya kita bisa mengalahkan hawa nafsu musuh terbesar yang ada di dalam diri.
Dengan Kebesaran Allah Jiwa/Sukma kita diperjalankan untuk Mi’raj Ruhani dan melihat ayat-ayat atau tanda-tanda kebesaran Allah di Langit Ruhani.
Begitu juga dengan Kebesaran Allah seseorang bisa Fana’ Fillah. Oleh karena itu Takbir digunakan sebagai pembuka dalam Shalat sebagai kunci masuk ke dalam hati nurani untuk Mi’raj Ruhani.”
” Kemudian mengapa dalam menutup Bulan Ramadhan harus mengeluarkan Zakat Fitrah…?” Tanya Santri kembali.
Jawab Sang Guru, ” Kesalehan Ruhani harus diimbangi dengan Kesalehan Sosial, orang yang Ruhaninya semakin tinggi, maka sifat belas kasihnya semakin kuat yang diwujudkan dalam bentuk melayani orang lain, bukan minta dilayani.”
Semoga bermanfaat
Wallahu muwaffiq ilaa aqwamith tharieq
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Watampone,02 April 2024M/1445H
“Al-Muhtaaju ilaLLah
“Saharuddin “