Lailatul Qodar: Antara Harapan dan Kenyataan
Oleh: H. Saharuddin, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
Banyak orang yang berharap dalam puasa bulan romadhan ingin mendapatkan Lailatul Qadar. Namanya berharap jadi tidak masalah, yang menjadi permasalahan adalah apakah puasa kita dalam sebulan Ramadhan ini sudah benar-benar puasa…?
Orang-orang yang puasanya dalam satu bulan mencegah hawanafsu, menjauhi sifat-sifat tercela, menjaga anggota tubuh dari perbuatan dosa dan selalu membersihkan jiwa dari segala dosa dan noda. Serta hati selalu ingat kepada Allah, maka sangat layak sekali jika mendapatkan Lailatul Qadar yaitu pencerahan ruhani.
Baca Juga: Pelepasan Da’i dan Imam Santri Al-Ikhlas Ujung
Puasa itu adalah wasilah atau perantara agar kita bisa mencapai makrifatullah, dengan cara kita membersihkan jiwa selama puasa, maka kita “berjumpa” dengan Allah itulah Lailatul Qadar. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ.
“ Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya.” [ HR. Muslim ]
Untuk itu kita harus intropeksi, apakah puasa kita dalam satu bulan romadhan sudah berkualitas apa tidak, sehingga layak mendapatkan Lailatul Qadar.
Banyak orang yang berpuasa berharap mendapatkatkan Lailatul Qadar, akan tetapi antara puasa dan tidak puasa Ramadhan sifatnya sama saja tidak berubah. Suka menghina, menghujjat, memaki orang lain dan suka menyebarkan ujaran kebencian dan hoax. Maka mustahil mendapatkan Lailatul Qadar, karena selama romadhan jiwanya bukan dibersihkan justru malah dikotori.
Banyak orang yang berpuasa berharap mendapatkatkan Lailatul Qadar, akan tetapi antara puasa dan tidak puasa Ramadhan sifatnya sama saja tidak berubah. Suka menghina, menghujjat, memaki orang lain dan suka menyebarkan ujaran kebencian dan hoax. Maka mustahil mendapatkan Lailatul Qadar, karena selama romadhan jiwanya bukan dibersihkan justru malah dikotori.
Setelah Ramadhan jiwa kita semakin penuh belas kasih asih kepada semua makhluk, berarti mendapatkan pencerahan ruhani dari hasil puasa selama satu bulan penuh.
Ketika diri kita semakin rajin beribadah, berarti jiwa kita mendapatkan pencerahan ruhani, sehingga tergugah hatinya untuk istiqamah dan meningkatkan dirinya dalam beribadah.
Jiwa kita semakin peduli sosial terhadap lingkungan kita yang mana selama ini kita sangat egois dan individualis, maka itu adalah salah satu bentuk dari pencerahan ruhani hasil puasa bulan romadhan.
Adanya perubahan jiwa setelah satu bulan penuh berpuasa yaitu suka membantu orang lain, memberikan shadaqah kepada yang berhak. Maka itulah hasil dari Lailatul Qadar yaitu pencerahan ruhani yang merubah jiwanya menjadi lebih dermawan kepada orang lain.
Semoga Jiwa Kita semuanya mendapatkan Pencerahan Ruhani.
Wallahu muwaffiq ilaa aqwamith tharieq wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Watampone,1 April 2024 M / 21 Ramadhan 1445 H
Hamba Allah yang Faqir
“Saharuddin”