Jalan Cinta
Diriwayatkan bahwa Imam Ja’far Al-Shadiq berkata:
“Sesungguhnya manusia menyembah Allah atas tiga hal, satu golongan menyembah-Nya karena menginginkan pahala-Nya, maka itulah ibadah orang-orang yang berambisi, yaitu ketamakan; satu golongan lagi menyembah-Nya karena takut api neraka, maka itulah ibadah para budak, yaitu ketakutan; Tapi aku menyembah-Nya karena cinta kepada-Nya maka itulah ibadah orang-orang mulia, yaitu keamanan.”
Sebagaimana firman-Nya:
“..sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu.” [ Qs. al-Naml: 89]
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” [Qs. Ali Imran: 31]
“Siapa mencintai Allah Azza wa Jalla Allah pun mencintainya, dan siapa dicintai Allah Azza wa Jalla, dia tergolong orang-orang yang aman.” ( Bihar Al- Anwar )
Kebanyakan manusia beribadah kepada Allah berharap mendapatkan pahala dan surga. Itulah ibadahnya tipologi para pedagang, mereka mau mengerjakan jika mendapatkan hasil dan keuntungan.
Karena sifat dasar ibadahnya adalah pedagang maka yang muncul adalah sifat tamak dan memonopoli keuntungannya sendiri, maka jangan heran jika jiwa mereka memonopoli, kalau surga itu hanya milik mereka.
Mereka merasa orang yang paling benar, golongan yang berhak sebagai penghuni surga, sedangkan golongan yang beda dengan mereka bukan termasuk ahli surga, melainkan golongan sesat dan masuk neraka.
Maka tidak heran jika dalam sehari-hari suka membid’ahkan, menyesatkan dan mengkafirkan orang lain, karena surga telah di kapling mereka semuanya.
Beda dengan kelompok yang beribadah kepada Allah karena hatinya mencintai Allah, maka mereka tidak bingung mengejar mendapatkan pahala dan surga.
Yang penting cintanya bisa kesampaian dan diterima oleh Allah. Tuhan adalah kekasih mutlaknya. Sehingga bibirnya selalu menyebut nama-Nya. Hatinya selalu terpaut dengan kekasih-Nya.
Orang yang hatinya penuh dengan cinta pada Allah, maka mereka tidak suka menghina dan menjelek-jelekkan orang lain. Bagaimana mungkin kita mencintai Sang Pencipta tapi satu sisi kita suka menghina ciptaan-Nya.
Manusia yang hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah, cahaya belas kasihnya menyebar dari lisan dan perilakunya, karena setiap hari selalu membaca ar-rahman ar-rahim yaitu Maha Pengasih dan Penyayang.
Dalam do’anya, Imam Ali Zain al-Abidin mengatakan:
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar kiranya Engkau memenuhi hatiku dengan cinta pada-Mu, takut dari-Mu, kepercayaan pada-Mu, keyakinan terhadap-Mu, kekhawatiran dari-Mu dan kerinduan pada-Mu.” (Mîzân al-Hikmah)
“Yakinlah, di Jalan Cinta itu: Tuhan akan selalu bersamamu.” (Rumi)
Semoga bermanfa’at
Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith-tharieq
Watampone, 30 November 2023
“Hamba Allah yang Faqir”
Saharuddin
Pingback: Shalat Sufistik: Shalat adalah Mikraj Orang Mukmin - Pondok Pesantren Al-Ikhlas Ujung Bone